1. Teknologi
pendidikan secara umum dapat diartikan sebagai alat yang dapat dipergunakan
untuk membantu orang belajar sehingga mereka dapat belajar lebih mudah, lebih
cepat, lebih pasti dan/atau lebih murah. Konsepsi teknologi pendidikan,
termasuk didalamnya teknologi pembelajaran, telah berkembang dan akan terus
berkembang sejalan dengan perkembangan disiplin teknologi pendidikan. Salah
satu Bentuk perubahan Teknologi Pendidikan adalah bergesernya konsepsi
pembelajaran yang dikendalikan oleh guru kearah konsepsi pembelajaran yang
dikendalikan oleh siswa, sehingga guru berubah fungsinya dari pengajar menjadi
fasilitator. Sebagai akibatnya, definisi teknologi pendidikan juga berkembang
sejalan dengan arah perkembangan tersebut.
Ø Pada
tahun 1963, AECT mendefinisikan “teknologi pendidikan sebagai desain dan
penggunaan pesan-pesan yang mengontrol proses belajar (Ely, 1963). Perubahan
lain yang terjadi adalah perubahan dalam tujuan pembelajaran. Konsep teknologi
pembelajaran yang terbaru menekankan pencapaian tujuan pendidikan yang dalam
(deep learning) ketimbang tujuan pendidikan yang dangkal (shallow learning)
dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang otentik serta memiliki peluang
penyerapan yang lebih besar.
Ø Pada
tahun 2004 AECT menganggap perlu untuk mendefinisikan kembali konsep teknologi
pendidikan. Definisi tersebut berbunyi: “Teknologi pendidikan adalah studi dan
praktek yang dilandasi etika dalam memfasilitasi belajar dan memperbaiki unjuk
kerja dengan cara menciptakan, menggunakan, dan mengelola proses dan
sumber-sumber teknologi yang sesuai”. Ada 13 konsep pokok yang tercakup
dalam definisi ini, yaitu: (1) studi, (2) praktek berlandaskan etika, (3)
memfasilitasi, (4) belajar, (5) memperbaiki, (6) unjuk kerja, (7) menciptakan,
(8) menggunakan, (9) mengelola, (10) sesuai (appropriate), (11) teknologi, (12)
proses, dan (13) sumber. [1]
- Sir Eric Ashby menguraikan
tentang terjadinya empat revolusi dalam dunia pendidikan.
Revolusi-revolusi ini terjadi karena adanya masalah yang tak teratasi
dengan cara yang ada sebelumnya, yaitu masalah “belajar”. Revolusi
pertama, terjadi karena orang tua atau keluarga tidak mampu lagi
membelajarkan anak-anaknya sendiri sehingga menyerahkan tanggung jawab itu
kepada orang lain yang secara khusus diberi tanggung jawab untuk mendidik.
Revolusi kedua, karena guru ingin memberikan pelajaran kepada lebih
banyak anak didik dengan cara yang lebih cepat sehingga kegiatan
pendidikan dilembagakan dengan berbagai ketentuan yang dibakukan. Revolusi
ketiga, ditemukannya mesin cetak yang memungkinkan tersebarnya
informasi iconic dan numeric dalam bentuk buku dan media cetak lain,
sehingga guru dapat membelajarkan lebih banyak lagi dan lebih cepat lagi.
Buku hingga saat ini masih dianggap sebagai media utama di samping guru
untuk kegiatan pendidikan. Revolusi keempat, berlangsung dengan
perkembangan yang pesat di bidang elektronik. Dalam revolusi ini, mulai
disadari bahwa tidaklah mungkin bagi guru untuk memberikan semua ajaran
yang diperlukan, karena yang lebih penting adalah mengajar anak didik
tentang bagaimana belajar. Belajar tersebut dapat menggunakan berbagai
sumber sebagai “akibat” dari perkembangan media elektronik, seperti radio,
televisi, tape, dan lain-lain, yang mampu menembus batas geografis,
sosial, dan politis secara lebih intens lagi daripada media cetak.[2]
3. a.
Sumber Belajar : segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang
mengandung informasi yang dapat digunakan sebagai proses perubahan tingkah
laku.[3] b. Media Belajar : suatu media yang mengandung dan membawa pesan atau informasi
kepada penerima untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kemampuan siswa, sehingga
siswa dapat aktif berpartisipasi dalam proses belajar mengajar.[4]
c.
Alat Peraga : alat-alat
bantu pendidikan yang
digunakan oleh pendidik dalam
menyampaikan
bahan pendidikan / pengajaran.[5]
4. By
design dalam perencanaan media belajar adalah pedoman langkah-langkah
perencanaan untuk memilih dan memanfaatkan media yang dirancang secara khusus
untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.[6]
Untuk itu pembelajaran yang telah
didesain dengan baik dimulai dengan membangkitkan minat siswa, yang
kemudian disusul dengan menyajikan materi baru, melibatkan umpan balik
siswa (feedback), mengukur
pemahaman mereka (assesing) dan diteruskan ke aktivitas berikutnya.[7]
[1]
http://www.elearning.UNESA.ac.id (22:30,
29/03/2012)
[2] http://www.KOSMAX.2010.com (16:38,
30/03/2012)
[3] Abdul Majid. Perencanaan
Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011, cet. 7 hlm. 170
[4] Azhar Arsyad. Media Pembelajaran. Jakarta: PT
RajaGrafindo. 2011, cet. 14 hlm. 81
[5]
http://www.elearning.UNESA.ac.id
(22:30, 29/03/2012)
[6] Yudhi Munadi. Media
Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press. 2010, cet. 3 hlm. 192