Selasa, 15 Mei 2012

Membina Efektivitas Pembelajaran


Teknologi Pendidikan

Membina Efektivitas Pembelajaran
Karakteristik Pembelajaran yang Efektif

Pendahuluan
Pembelajaran yang efektif adalah yang menghasilkan belajar yang bermanfaat dan bertujuan bagi para mahasiswa, melalui pemakaian prosedur yang tepat. Menurut Wotruba dan Wright (1975) berdasarkan pengkajian dan hasil penelitian, mengidentifikasi tujuh indikator yang dapat menunjukkan pembelajaran yang efektif. Indikator itu adalah:
1.      Pengorganisasian kuliah dengan baik.
2.      Komunikasi secara efektif.
3.      Penguasaan dan antusiasme dalam mata kuliah.
4.      Sikap positif terhadap mahasiswa.
5.      Pemberian ujian dan nilai yang adil.
6.      Keluwesan dalam pendekatan pengajaran
7.      Hasil belajar mahasiswa yang baik.
1.      Pengorganisasian Kuliah dengan Baik
Pengorganisasian kuliah dengan baik tercermin dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan/topik kuliah, kegiatan kelas, penugasan, dan penilaian. Kesiapan dosen untuk mengajar dan penggunaan waktu kuliah dengan baik, juga merupakan indikator pengorgansasian yang baik. Oleh karena itu yang dapat menilai apakah kuliah telah diorganisasikan dengan baik, adalah para sejawat dalam bidang studi yang bersangkutan, ketua jurusan, program studi, dan mahasiswa. Mahasiswa sering kali mempunyai posisi yang terbaik dalam melakukan penilaian, karena mereka dapat membandingkan secara langsung dosen yang satu dengan yang lainnya.
2.      Komunikasi secara Efektif
Kebanyakan pembelajaran di  perguruan tinggi diberikan dalam bentuk kuliah. Oleh sebab itu, kecakapan dalam penyajian materi termasuk pemakaian media dan alat bantu atau teknik lain untuk menarik perhatian siswa, merupakan salah satu karakteristik pembelajaran yang baik. Komunikasi yang efektif dalam pembelajaran mencakup penyajian yang jelas, kelancaran berbicara, interpretasi gagasan abstrak dengan contoh-contoh, kemampuan wicara yang baik (nada, intoasi, ekspresi), dan kemampuan untuk mendengar.
Kemampuan berkomunikasi tidak hanya diwujudkan melalui penjelasan secara verbal, tetapi dapat juga berupa makalah yang ditulis, rencana pembelajaran yang jelas dan mudah dimengerti. Kemampuan seorang pengajar dalam berkomunikasi selain di depan kelas, juga sangat bermanfaat dalam seminar, diskusi kelompok, bahkan dalam percakapan perorangan.
3.      Penguasaaan dan Antusiasme dalam Mata Kuliah
Seorang dosen dituntut untuk menguasai materi pelajaran dengan benar, jika telah menguasainya maka materi dapat diorganisasikan secara sistematis dan logis. Seorang dosen harus mampu menghubungkan materi yang diajarkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki para mahasiswanya, mampu mengaitkan materi dengan perkembangan yang sedang terjadi sehingga proses belajar mengajar menjadi hidup. Hal yang tak kalah pentingnya adalah bahwa seorang dosen harus dapat mengambil manfaat dari hasil penelitian yang relevan untuk dikembangkan sebagai bagian dari materi pelajaran.
4.      Sikap Positif Terhadap Mahasiswa
Sikap positif terhadap mahasiswa dapat dicerminkan dalam berbagai cara. Beberapa dosen berpendapat bahwa bersikap positif terhadap mahasiswa, sama saja memanjakan mahasiswa. Dosen yang seperti ini berpendapat bahwa mahasiswa haru sberusaha memecahka masalah yang dihadapai dengan kemampuannya sendiri. Karena hal ini sesuai dengan prinsip belajar mandiri. Bantuan yang diberikan dosen terhadap mahasiswanya, diberikan apabila mahasiswanya sudah tidak bisa memecahkan masalahnya lagi. Namun, bantuan ini tidak bersifat memecahkan masalah, hanya memberikan saran jalan keluar, dengan memberikan dorongan dengan menggunakan motivasi. 
5.      Adil dalam Ujian dan Penilaian
Sejak dari awal perkuliahan, mahasiswa dapat diberitahu berbagai macam penilaian yang akan dilakukan, seperti tes formatif, makalah, proyek, tes akhir, dan pertanyaan lainnya yang mempunyai kontribusi terhadap nilai akhir. Keadilan dalam pemberian nilai tercermin dari daya:
1.      Kesesuaian soal tes dengan materi yang diajarkan merupakan salah satu tolak ukur keadilan.
2.      Sikap konsisiten terhadap pencapaian tujuan pelajaran.
3.      Usaha yang dilakukan mahasiswa untuk mencapai tujuan.
4.      Kejujuran siswa dalam memperoleh nilai.
5.      Pemberian umpan balik terhadap hasil pekerjaan mahasiswa.

6.      Keluwesan dalam Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran yang bervariasi merupakan salah satu petunjuk adanya semangat dalam belajar. Kegiatan pembelajaran seharusnya ditentukan berdasarkan karakteristik mahasiswa, karakteristik mata pelajaran, dan hambatan yang dihadapi, karena karakterstik yang berbeda dan kendala yang berbeda, maka harus dengan pendekatan yang berbeda pula.
7.      Hasil Belajar Mahasiswa yang Sesuai
Banyaknya pelajaran yang dipelajari mahasiswa di dalam suatu kuliah adalah hasil dari berbagai faktor, yang tidak kesemuanya berhubungan dengan dosen. Hasil belajar dapat dibedakan menjadi tiga ranah/kawasan., yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Proses untuk menentukan jenis dan jenjang tujuan, merupakan tugas yang tidak mudah. Pedoman yang perlu dipegang adalah bahwa hasil belajar mahasiswa itu harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Analisis
Efektivitas program pembelajaran dapat diketahui dari beberapa karakteristik. Cara mengetahui suatu keefektifan dalam pembelajaran ialah dengan cara memberikan evaluasi. Evaluasi dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk mengetahui seberapa besar materi dalam pembelajaran yang dapat diterima.
Suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil baik, jika kegiatan belajar mengajar tersebut dapat membangkitkan proses belajar. Penentuan atau pengukuran dari pembelajaran yang efektif terletak pada hasilnya. Maka dari itu suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila peserta didiknya mampu memenuhi batas minimal kompetensi yang telah dirumuskan oleh pendidiknya. Serta dapat mengimplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pengorganisasan kuliah merupakan wewenang dosen. Kesiapan dosen dalam mengajar dan pemberian materi yang baik, juga merupakan indikator pengorganisasian yang baik.serta kesiapan individu  atau peserta didik ditentukan oleh penguasaan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya, keterampilan membaca dan mendengar, tingkat pendidikan yang te;ah dicapai, dan tingkat kesulitan materi. Dalam pengorganisasian juga ada beberapa faktor penunjang yaitu dalam proses penyajian materi, bisa menggunakan media, sikap, gerak-gerik mengajar, dan cepat atau lambatnya penyajian materi.
Ada tiga tahapan dalam pengorganisasian kuliah dengan baik:
1.      Pendahuluan: kegiatan membuka pembelajaran
2.      Pelaksanaan/inti: kegiatan penyajian materi
3.      Penutup: kegiatan perangkuman, evaluasi, dan tindak lanjut
Pada kenyataannya, semua proses belajar tidak selalu berjalan dengan lancar. Ada mahasiswa yang mengalami hambatan dalam proses penerimaan, dan ada pula mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam proses penyimpanan. Dalam kegiatan sehari-hari, seringkali kita jumpai hal yang telah kita pelajari tidak dapat kembali kita reproduksi. Peristiwa ini sering kita sebut dengan lupa. Selain lupa, kejenuhan/bosan dalam belajar juga cukup mempengaruhi efektivitas dalam pembelajaran, biasaya hal ini terjadi karena disebabkan oleh keletihan, baik secara panca indera, fisik, maupun mental. Melalui pengorganisasian belajar, diharapkan agar mahasiswa mampu untuk mengatur dirinya sendiri dalam belajar dan tidak bergantung dengan sumber yang ada di luar dirinya.
Komunikasi yang efektif tidak hanya melalui penjelasan secara verbal, tetapi juga non verbal, seperti komunikasi dalam bentuk tersurat atau tulisan. Komunikasi yang efektif adalah suatu komunikasi dengan cara penyampaian yang jelas dan mudah dimengerti oleh lawan bicaranya. Dalam kenyataannya, tidak semua pesan disampaikan dapat diterima dengan baik oleh penerima, hal ini disebabkan oleh gangguan dalam komunikasi. Gangguan terjadi karena pesan-pesan yang disampaikan tidak begitu jelas, mungkin hal tersebut terjadi karena faktor panca indera yang tidak dapat berfungsi dengan baik, faktor emosional atau faktor sosial (adanya prasangka). Hal inilah yang menyebabkan komunikasi tidak berjalan dengan baik. Suasana saling menerima dan saling percaya akan meningkatkan efektivitas komunikasi dalam pembelajaran.
Penguasaan antusiasme dalam mata kuliah dapat mengetahui sejauh mana dosen dapat menguasai materi dengan baik, dapat dilihat dari pemilihan buku-buku wajib bacaan atau referensi, penentuan topik bahasan, pembuatan ikhtisar, pembuatan bahan sajian, dan cara dosen menjawab pertanyaan dari mahasiswanya. Penguasaan akan materi pelajaran saja tidak cukup, penguasaan itu harus pula diiringi dengan kemauan dan semangat untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswanya. Antusiasme dosen dalam memberikan kuliah atau pembelajaran dapat diketahui dengan baik oleh para mahasiswa, meskipun sering kali ukuran mengenai hal ini sifatnya kabur dan berubah-ubah sesuai dengan suasana hati para mahasiswa sendiri.
Sikap positif dapat ditunjukkan dengan cara memberikan perhatian pada orang per orang atau kelompok-kelompok yang mengalami kesulitan. Bantuan ini diberikan apabila seorang mahasiswa sudah berusaha sendiri, tetapi kemudian kurang berhasil. Bantuan ini bukan berarti memecahkan masalah yang dihadapi mahasiswa, melainkan memberikan saran tentang jalan keluarnya, memberikan dorongan, dan membangkitkan motivasi.
Keadilan dalam pemberian nilai tercermin dari daya, seperti kesesuaian soal tes dengan materi yang diajarkan, sikap konsisten dalam pencapaian tujuan pelajaran, usaha mahasiswa untuk mencapai tujuan, kejujuran mahasiswa dalam memperoleh nilai, pemberian umpan balik terhadap hasil pekerjaan mahasiswa. Sesuai tidaknya ujian dan penilaian dengan tujuan serta materi pelajaran dapat diketahui dari teman atau pimpinannya. Terkadang penilaian diberikan berasarkan unsur senang atau tidak senangnya seorang dosen kepada mahasiswanya. Untuk menghindari hal tersebut, dapat meminta bantuan mahasiswa untuk memberikan pendapatnya tentang tingkat keadilan dosen dalam memberikan penilaian.
Pendekatan dalam pembelajaran tergantung pada karakteristik peserta didik. Sebagai seorang pendidik haruslah fleksibel kepada seluruh peserta didiknya.  Pendekatan yang luwes atau fleksibel dalam pembelajaran mungkin hanya dapat diketahui oleh dosen yang bersangkutan dan mahasiswa yang mengikuti kuliahnya, pendekatan yang luwes atau fleksibel dapat tercermin dengan adanya kesempatan waktu yang berbeda diberikan kepada mahasiswa yang memang mempunyai kemampuan yang berbeda. Contohnya seperti, mahasiswa yang mempunyai kemampuan rendah diberikan kesempatan untuk memperoleh tambahan waktu untuk mendalami pelajaran yang belum ia pahami. Dengan demikian, mahasiswa memperoleh pelayanan yang sesuai dengan kemampuan mereka.
Kewajiban seorang pendidik adalah memberikan penilaian dan informasi dalam penguasaan serta keterampilan yang telah dicapai peserta didiknya. Penilaian ini diberikan dengan menggunakan evaluasi, karena evaluasi adalah satu-satunya cara untuk menentukan ketepatan pembelajaran dan keberhasilan. Dengan demikian dapat dikatakan indikator pembelajaran efektif dapat diketahui dari hasil belajar mahasiswa yang baik. Keberhasilan belajar mahasiswa dapat dilihat dari penguasaan materi pelajaran yang diberikan. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar adalah dengan menetapkan indikator (petunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan prestasi yang akan diukur.
Prinsip-Prinsip Belajar pada Pembelajaran Efektif
1.      Perhatian: mahasiswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap proses pembelajaran, untuk mencapai tujuan belajar. Peranan perhatian sangat penting, karena tanpa adanya perhatian maka tidak mungkin terjadi proses pembelajaran. Perhatian akan timbul, apabila materi yang dsajikan sesuai dengan kebutuhan.
2.      Motivasi: suatu kekuatan dan kesiap sediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu. Dengan motivasi dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.
3.      Keaktifan: pada dasarnya keaktifan seorang mahasiswa itu tergantung pada pemahaman materi yang telah disampaikan oleh dosennya.
4.      Keterlibatan langsung atau pengalaman: dalam belajar mahasiswa tidak hanya mengamati, mendengar, serta melihat, tetapi harus menghayati, terlibat langsung dan bertanggung jawab terhadap proses dan hasil pembelajaran, agar proses pembelajaran bisa berjalan dengan efektif.
5.      Pengulangan: pengulangan termasuk dalam pelatihan, dimana pengulangan ini adalah prinsip belajar. Dengan diadakan pengulangan maka proses pembelajaran terasa lebih efektif, karena materi pembelajaran itu sendiri dapat dipahami oleh mahasiswanya tersebut.
6.      Tantangan: dengan adanya tantangan dapat menimbulkan motivasi mahasiswa untuk dapat mengatasi masalah dan hambatan yang menghalangi proses pembelajaran.
7.      Penguatan dalam belajar: penguatan ini adalah suatu dorongan yang dapat memperkuat dalam kegiata proses belajar mengajar.
8.      Perbedaan individual (karakteristik): seorang dosen harus memiliki metode serta strategi yang bervariasi untuk menghadapi karakteristik mahasiswa yang berbeda-beda, untuk membantu serta melayani perbedaan mahasiswa dalam belajar.

Minggu, 01 April 2012

JAWABAN UTS TEKNOLOGI PENDIDIKAN


1.      Teknologi pendidikan secara umum dapat diartikan sebagai alat yang dapat dipergunakan untuk membantu orang belajar sehingga mereka dapat belajar lebih mudah, lebih cepat, lebih pasti dan/atau lebih murah. Konsepsi teknologi pendidikan, termasuk didalamnya teknologi pembelajaran, telah berkembang dan akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan disiplin teknologi pendidikan. Salah satu Bentuk perubahan Teknologi Pendidikan adalah bergesernya konsepsi pembelajaran yang dikendalikan oleh guru kearah konsepsi pembelajaran yang dikendalikan oleh siswa, sehingga guru berubah fungsinya dari pengajar menjadi fasilitator. Sebagai akibatnya, definisi teknologi pendidikan juga berkembang sejalan dengan arah perkembangan tersebut. 
Ø  Pada tahun 1963, AECT mendefinisikan “teknologi pendidikan sebagai desain dan penggunaan pesan-pesan yang mengontrol proses belajar (Ely, 1963). Perubahan lain yang terjadi adalah perubahan dalam tujuan pembelajaran. Konsep teknologi pembelajaran yang terbaru menekankan pencapaian tujuan pendidikan yang dalam (deep learning) ketimbang tujuan pendidikan yang dangkal (shallow learning) dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang otentik serta memiliki peluang penyerapan yang lebih besar.
Ø  Pada tahun 2004 AECT menganggap perlu untuk mendefinisikan kembali konsep teknologi pendidikan. Definisi tersebut berbunyi: “Teknologi pendidikan adalah studi dan praktek yang dilandasi etika dalam memfasilitasi belajar dan memperbaiki unjuk kerja dengan cara menciptakan, menggunakan, dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang sesuai”. Ada 13 konsep pokok yang tercakup dalam definisi ini, yaitu: (1) studi, (2) praktek berlandaskan etika, (3) memfasilitasi, (4) belajar, (5) memperbaiki, (6) unjuk kerja, (7) menciptakan, (8) menggunakan, (9) mengelola, (10) sesuai (appropriate), (11) teknologi, (12) proses, dan (13) sumber. [1]
  1. Sir Eric Ashby menguraikan tentang terjadinya empat revolusi dalam dunia pendidikan. Revolusi-revolusi ini terjadi karena adanya masalah yang tak teratasi dengan cara yang ada sebelumnya, yaitu masalah “belajar”. Revolusi pertama, terjadi karena orang tua atau keluarga tidak mampu lagi membelajarkan anak-anaknya sendiri sehingga menyerahkan tanggung jawab itu kepada orang lain yang secara khusus diberi tanggung jawab untuk mendidik. Revolusi kedua, karena guru ingin memberikan pelajaran kepada lebih banyak anak didik dengan cara yang lebih cepat sehingga kegiatan pendidikan dilembagakan dengan berbagai ketentuan yang dibakukan. Revolusi ketiga, ditemukannya mesin cetak yang memungkinkan tersebarnya informasi iconic dan numeric dalam bentuk buku dan media cetak lain, sehingga guru dapat membelajarkan lebih banyak lagi dan lebih cepat lagi. Buku hingga saat ini masih dianggap sebagai media utama di samping guru untuk kegiatan pendidikan. Revolusi keempat, berlangsung dengan perkembangan yang pesat di bidang elektronik. Dalam revolusi ini, mulai disadari bahwa tidaklah mungkin bagi guru untuk memberikan semua ajaran yang diperlukan, karena yang lebih penting adalah mengajar anak didik tentang bagaimana belajar. Belajar tersebut dapat menggunakan berbagai sumber sebagai “akibat” dari perkembangan media elektronik, seperti radio, televisi, tape, dan lain-lain, yang mampu menembus batas geografis, sosial, dan politis secara lebih intens lagi daripada media cetak.[2]
3.      a. Sumber Belajar : segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi yang dapat digunakan sebagai proses perubahan tingkah laku.[3] b. Media Belajar : suatu media yang mengandung dan membawa pesan atau informasi kepada penerima untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kemampuan siswa, sehingga siswa dapat aktif berpartisipasi dalam proses belajar mengajar.[4] 
c. Alat Peraga : alat-alat bantu pendidikan yang digunakan oleh pendidik dalam    menyampaikan bahan pendidikan / pengajaran.[5]
4.      By design dalam perencanaan media belajar adalah pedoman langkah-langkah perencanaan untuk memilih dan memanfaatkan media yang dirancang secara khusus untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.[6] Untuk itu pembelajaran  yang  telah  didesain dengan baik dimulai dengan membangkitkan minat siswa, yang kemudian disusul dengan menyajikan materi baru, melibatkan umpan  balik  siswa  (feedback), mengukur pemahaman mereka (assesing) dan diteruskan ke aktivitas berikutnya.[7]


[2] http://www.KOSMAX.2010.com (16:38, 30/03/2012)
[3] Abdul Majid. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011, cet. 7 hlm. 170
[4] Azhar  Arsyad. Media Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo. 2011, cet. 14 hlm. 81
[6] Yudhi Munadi. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press. 2010, cet. 3 hlm. 192